Mual setelah makan adalah kondisi yang cukup sering dialami banyak orang. Meski terlihat sepele, rasa tidak nyaman ini bisa mengganggu aktivitas harian dan bahkan menjadi tanda adanya masalah kesehatan tertentu. Untuk memahaminya lebih lanjut, mari kita bahas penyebab umum mual setelah makan dan cara mencegahnya.
Mengonsumsi porsi besar membuat lambung bekerja ekstra, menimbulkan rasa penuh, kembung, dan mual.
Lemak dan cabai berlebih bisa memperlambat pengosongan lambung dan mengiritasi mukosa, memicu mual setelah makan.
Intoleransi laktosa, sensitivitas gluten, atau bahan aditif tertentu dapat menimbulkan mual, kembung, atau diare.
Refluks asam ke kerongkongan dapat menimbulkan rasa panas di dada (heartburn), pahit di mulut, dan mual setelah makan.
Infeksi bakteri/virus (mis. food poisoning) menimbulkan mual, muntah, diare, dan kram perut.
Respons stres memengaruhi saraf usus dan motilitas lambung sehingga memicu sensasi mual.
Gastritis, batu empedu, gangguan hati/pankreas, kehamilan awal, hingga efek obat tertentu juga dapat menyebabkan mual.
Segera cari pertolongan bila mual disertai dehidrasi, nyeri perut hebat, muntah darah, demam tinggi, atau berlangsung >48 jam.
Mual setelah makan bisa disebabkan oleh faktor ringan seperti makan berlebihan hingga kondisi medis serius. Dengan mengenali penyebabnya, kita bisa lebih mudah melakukan pencegahan. Jika mual tidak kunjung membaik atau disertai gejala lain, segera periksakan diri ke tenaga medis.